Sabtu, 17 Oktober 2015

Tips Menjaga Kualitas Makanan Beku

sumber gambar: Froozen Food

TIPS MENJAGA PRODUK MAKANAN BEKU
Untuk mempertahankan keamanan dari makanan beku, pertahankan produk tersebut tetap beku sampai siap dikonsumsi. Bila mau men-thawing produk atau men-defrost produk, janganlah melakukannya di luar rumah atau di ruang dingin di dalam rumah, seperti di basemet atau di dapur.
* Ada tiga cara yang aman untuk men-defrost makanan beku: di dalam refrigerator, di dalam air dingin dan di dalam oven microwave.
* Beberapa produk beku dapat langsung dimasak tanpa harus di-defrost dulu. Misal, ikan beku yang diberi breading atau tepung roti.
* Bila berbelanja, makanan beku sebaiknya diambil terakhir, yaitu saat sudah hampir selesai berbelanja atau saat akan membayar. Segeralah bawa makanan tersebut langsung ke rumah, jangan berbelanja yang lain lagi. Di rumah, langsung masukkan ke dalam freezer.
APA SAJAKAH MAKANAN BEKU ITU? 
Menurut Ir. Ahmad Sulaeman, M.S., Ph.D., dosen Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian IPB, Bogor ini, sebenarnya tak ada definisi jelas mengenai makanan beku. Pada prinsipnya, hampir semua makanan dapat disimpan atau dijual beku. Namun demikian, dapat dikatakan bahwa makanan beku adalah makanan yang dijual dan disimpan dalam keadaan beku atau disimpan pada suhu beku. Umumnya sampai suhu -18 o C.
Biasanya makanan yang dijual beku adalah produk-produk yang tergolong frozen dessert (seperti es krim, serbat, dan lain-lain), konsentrat jus, sosis mentah (precooked), udang, burritos, sandwich, sayur-sayuran, dan sebagainya. "Biasanya untuk beberapa produk, makanan sudah dimasak setengah matang, seperti halnya nugget, sehingga bila akan dikonsumsi, tinggal dimasak sebentar atau tinggal dimasukkan ke oven microwave."
KANDUNGAN GIZI MAKANAN BEKU 
Mengenai kandungan gizinya, menurut Ahmad, tergantung dari jenis makanan beku tersebut karena proses pengolahan bahan makanan beku yang satu dengan lainnya sangat berbeda. Proses pembuatan chicken nugget misalnya, ayam yang telah disiangi dan telah dipisahkan daging dari kulit dan tulangnya dihancurkan, kemudian dicampur dengan telur, tepung maizena, bumbu-bumbu, serta kaldu ayam. Campuran ini kemudian dikukus dan dilakukan pencetakan. Selanjutnya dilakukan pencelupan dalam campuran tepung dan air (batter). Setelah itu dilakukan pencelupan dalam tepung roti (breading). Biasanya setelah itu dilakukan penggorengan selama 30 detik (prefrying). Selanjutnya dilakukan pembekuan.
Nah, kalau dilihat dari prosesnya, kandungan gizi nugget ini, khususnya untuk zat gizi makro mungkin masih relatif tinggi. Kadar protein sekitar 9,8 %, lemak sekitar 17 %, dan daya cerna proteinnya sekitar 85 %, jadi masih cukup tinggi. "Hasil penelitian di Jurusan GMSK terhadap makanan beku semisal chicken nugget menyatakan, makanan ini masih mempunyai daya cerna yang cukup tinggi," ungkapnya. Namun untuk zat gizi mikro, khususnya vitamin, kemungkinan sudah banyak yang rusak, terutama selama pengukusan, prefrying, thawing/defrosting dan penggorengan pada saat akan dikonsumsi.
ADA YANG PAKAI PENGAWET DAN TIDAK 
Makanan beku ini ada yang menggunakan pengawet, ada juga yang tidak, tergantung produk dan pembuatnya. Sebenarnya, pembekuan sendiri, apalagi yang mencapai -20 o C, membuat makanan relatif awet hingga dikeluarkan dari freezer dan di-thawing. Misalnya, produk nugget, umumnya jarang memakai pengawet. Biasanya produk ini menggunakan lesitin dari kedelai atau kuning telur sebagai emulsifier.
Namun, produk-produk seperti sosis dan daging olahan, umumnya menggunakan pengawet sodium nitrit untuk mencegah pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum yang bersifat patogen dan dapat menghasilkan racun botulin pada makanan-makanan berasam rendah seperti produk sosis dan daging tersebut. Jenis pengawet ini juga ditambahkan pada sosis atau produk daging olahan dalam proses curing daging (daging direndam/dicampur garam yang mengandung nitrit). Hal ini untuk menambah cita rasa dan memperbaiki warna merah pada daging.
Tentu saja, bayi dan anak balita sebaiknya tidak diberi makanan beku yang berpengawet. Kemampuan hemoglobin atau sel darah merah pada anak dalam mengikat oksigen masih lemah. Jadi, bila ada nitrit, akan berikatan dengan mioglobin (zat pigmen dalam daging) membentuk nitrosomioglobin. Senyawa ini dapat berkompetisi dengan hemoglobin dalam mengikat oksigen, sehingga si anak kekurangan oksigen. Risiko terbesarnya adalah mati biru atau cyanosis. Kulit, bibir, dan kuku jadi berwarna kebiru-biruan karena kurangnya oksigen dalam darah.
Pengawet seperti boraks dan formalin yang terlarang juga kadang digunakan. Biasanya pada produk bakso atau tahu. "Mengenai klaim tak menggunakan pengawet pada produk makanan ini sangat tergantung pada kejujuran dari si pengusaha itu sendiri. Kita tidak bisa memastikannya. Malah pernah ada penelitian, produk makanan yang diklaim tak pakai pengawet ternyata positif menggunakan boraks dan formalin. Padahal penggunaan pengawet tersebut di Indonesia sudah dilarang karena membahayakan, apalagi bila sampai terakumulasi," sesal Ahmad.
Boraks terutama akan berpengaruh pada sistem saraf pusat. Gejalanya bila sampai terjadi keracunan adalah pusing, badan lemas, depresi, muntah, diare, dan kram perut. Pada kasus yang berat bisa menimbulkan kekejangan, pingsan, kolaps, koma, bahkan sampai cyanosis.
Formalin juga dapat menyebabkan keracunan pada tubuh. Gejalanya, sukar menelan, mual, sakit perut akut, mencret berdarah, depresi susunan saraf dan gangguan peredaran darah. Lebih parah lagi, bisa timbul kejang-kejang, kencing darah, muntah darah, bahkan sampai menimbulkan kematian.
Sementara makanan beku yang tak ada tambahan pengawetnya (seperti nitrit) dan dikonsumsi sebelum masa kedaluwarsa tak akan berdampak negatif bagi anak. Namun tentunya makanan beku tersebut harus dimasak dulu, kecuali frozen dessert, semisal es krim.
Dedeh Kurniasih.

Sumber :

1 komentar: